Jumat, 11 Juni 2010

Rintihan Do'a


"Apabila hamba-Ku meminta-Ku, sesungguhnya Aku ini dekat. Kukabulkan permintaannya apabila dia meminta kepada-Ku. Maka penuhilah perintah-Ku, berimanlah kepada-Ku..." ( Q.S Al- Baqarah : 186 )

Ayat ini menunjukkan tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, Allah itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadi manusia, sehingga tidak perlu meminta dengan suara keras. Kedua, Allah pasti mengabulkan permintaan hamba-Nya. Ketiga, kewajiban untuk menunaikan perintah dan beriman kepada-Nya sebagai persyaratan yang mutlak terpenuhinya do'a.

Seorang hamba yang memanjatkan doa sangat dianjurkan agar melakukannya dengan rendah hati, tadhoru dan khauf ( Qs 7 : 205 ). Nuansa batin dan getaran kalbu diungkapkan dengan transparan dan menampakkan segala atribut keduniaan. Kita lembutkan hati dan menyatukan ucapan lidah dengan getaran kalbu. Dengan demikian, berdoa bukan hanya sekedar ucapan. Melainkan sebuah rintihan jiwa yang menjerit. Itulah sebabnya, ungkapan doa bukanlah bentuk perilaku yang mengharapkan penilaian manusia, melainkan batin yang merintih. Bahkan, tak jarang meneteskan air mata. Rosulullah bersabda, " Tidak akan masuk ke dalam neraka seorang yang pernah menangis karena Allah..." ( HR. Turmudzi ).

Doa telah membentuk batin yang tangguh. Melahirkan pribadi-pribadi yang tidak tankut dengan dunia. Tidak goyah kepribadiannya walau dirinya diuji dengan ketakutan dan kekurangan makanan, mereka bersabar dan istiqomah, sambil terus berikhtiar dan mengembalikannya kepada Dia Yang Maha Pengasih ( QS. 2 : 155-156 ).

Orang beriman sangat yakin bahwa rintihan doanya pasti akan dikabulkan Allah, sehingga betapapun banyak orang yang terguncang menghadapi krisis, dia tetap mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak kehilangan arah. Baginya betapa pun hebatnya krisis maupun kesulitan yang menghimpit, bukanlah hari kiamat, tetapi dihadapinya sebagai kendala yang terkendali, sebuah tantangan yang mengasyikan.

Dalam rintihan doa dia merasakan seluruh jiwa dan raganya terasa bugar untuk tampil menjadi seorang hamba yang tetap harus mempunyai arti. Apabila doa dipanjatkan dengan merintih, penuh keyakinan, niscaya langit robrk ditembus doa, karena tidak ada yang mutsahil bagi Allah untuk mengabulkannya.

Selama ini, kita sering berdoa untuk keselamatan diri sendiri, sebaliknya jarang sekali diantara kita yang secara mufarid atau sendirian meluangkan doa untuk bangsa dan negara. Memang betul, kita sering berdoa untuk keselamatan bangsa tetapi biasanya dipandu dan disampaikan beramai-ramai dalam sebuah upacara. Marilah kita jujur pada diri sendiri, pernakan kita mengambil saat yang sangat khusus mendoakan keselamatan bangsa dan negara ???.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar